Pengertian Kompetensi
Kata kompetensi adalah terjemahan dari kata Inggris, competency. The American Heritage Dictionary mendefinisikan competency sebagai the state or quality of being properly or wellqualife. Kompetensi dalam defenisi ini berarti mutu yang seharusnya, atau syarat atau standar yang baik dari suatu pekerjaan. Menurut Lucia dan Lepsinger (1999), defenisi ini masih bersifat umum dan belum menguraikan secara lengkap substansinya. Keduanya kemudian mempertergas defenisi kompetensi menurut Klemp yakni an underlying characteristic of a person which results in effective and/or superior reformance on the job, kompetensi adalah sifat dasar seseorang yang berpengaruh pada kinerja kerjanya yang efektif dan sangat menonjol. Secara lebih lengkap, defenisi kompetensi dikemukakan oleh Parry mengacu kepada para pakar dalam konferensi tentang kompetensi di johannesburg tahun 1995, yakni, a cluster of related knowledge, skill, and attitudes that affects a major part of one’s job (a role or rensposibility), that corelates with performance on the job, that can be measured againts well accepted standars, and that can be improved via training and development (Lucia dan Lepsinger, 1999).
Di sini, kompetensi didefenisikan sebagai kumpulan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berhubungan satu sama lain yang berpengaruh pada sebagian besar pekerjaan seseorang (peranan atau tanggungjawab), yang berkolerasi dengan kinerja dan dapat diukur dan diterima sebagai suatu standar kinerja yang baik; dan pengetahuan, ketrampilan dan sikap itu dapat diperbaiki melalui pelatihan dan pengembangan.
Menurut Lucia dan Lepsinger (1999), model kompetensi (competency model) sebagai kombinasi dari pengetahuan, ketrampilan dan sikap diperlukan oleh orang-orang yang bekerja dalam suatu organisasi sehingga terbentuk suatu cara kerja dan pencapaian hasil yang diinginkan. Jika pengetahuan, sikap dan ketrampilan belum dapat dicapai sesuai dengan standar yang diperlukan untuk suatu pekerjaan, maka ketiga unsur kompetensi itu bisa dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan. Ketiga elemen kompetensi (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap), dimensi sikap atau sifat-sifat personal adalah yang paling kompleks dan tidak mudah diukur sebagaimana pengetahuan dan ketrampilan. Hal itu disebabkan luasnya wilayah sifat personal itu. Sifat-sifat individu bisa bakat, talenta bawaan sejak lahir atau kehendak/dorongan nurani; atau juga kepribadian seseorang.
Kepribadian terdapat unsur-unsur individual yang berbeda dengan individu lain seperti rasa percaya diri, stabilitas emosi, kepekaan, keyakinan diri dan sebagainya. Manifestasi dari semua unsur yakni sifat-sifat pribadi (personal characteristic), bakat bawaan (aptitude), pengetahuan (knowledge) dan ketrampilan (skill) akan terwujud dalam rupa pola tingkah laku (behaviour).
Menurut Puspadi (2003), kompetensi merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas secara efektif. Secara fisik dan mental, kemampuan manusia yang terdiri dari kognitif, psikomotor dan afekti dapat muncul secara bersama pada saat menjalankan suatu tugas (Klausmeier dan Goodwin, 1966). Klemp mengatakan, “ a job competency in an underlying characteristic of a person which results in effective and or superior performance in ajob. A job competency is an underlying characteristic of a person in that it may be a motive, trait, skill,aspect of one’s self image or social role, or a body of knowledge which he or she uses”. Kompetensi kerja dengan demikian adalah segala sesuatu pada individu yang menyebabkan kinerja yang prima. Pengetahuan-pngetahuan khusus yang mencerminkan berbagai kompetensi belum dapat dikatakan sebagai kompetensi kerja. Secara harafiah, pengetahuan mengacu pada kepada kumpulan informasi. Kemampuan menggunakan pengetahuan-pengetahuan yang lain.
Mulyasa (2002) mengemukakan bahwa dalam hubungannya dengan proses belajar, kompetensi menunjuk kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi dikatakan perbuatan karena berbentuk perilaku yang dapat diamati, meskipun sering terlihat proses yang tidak nampak seperti pengambilan pilihan sebelum perbuatan dilakukan. Kompetensi dilandasi oleh rasionalitas dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa dan bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Unsur-unsur kompetensi
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hirarki paling bawah dalam taksonomi kognitif Bloom, didasarkan pada kegiatan-kegiatan untuk mengingat berbagai informasi yang pernah diikuti, tentang fakta, metode atau tehnik maupun mengingat hal-hal yang bersifat aturan, prinsip-prinsip atau generalisasi. Proses memusatkan perhatian kepada hal-hal yang dipelajari, belajar mengingat-ingat dan berfikir, oleh Brunner disebut sebagai “cognitive strategy”, suatu proses untuk memecahkan masalah baru (Suparno, 2001).
Menurut Brunner (Suparno, 2001) pengetahuan selalu dapat diperbaharui, dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan perkembangan kematangan intelektual individu. Pengetahuan produk, melainkan suatu proses. Proses tersebut menurut Brunner melibatkan tiga aspek: (1) proses mendapatkan informasi baru dimana seringkali informasi baru ini merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya, (2) proses transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru, (3) proses mengevaluasi, yaitu mengecek apakah cara mengolah informasi telah memadai.
Sikap
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) sikap adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam linkungannya. Sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadapan dengan obyek sikap. Meyers (Sarwono, 2002) menyatakan bahwa sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang yang ditujukan dalam kepercayaan, perasaan atau perilaku seseorang.
Sikap didefenisikan sebagai keadaan internal seseorang yang mempengaruhi pilihan-pilihan atas tindakan-tindakan pribadi yang dilakukannya (Suparno, 2001).
Ketrampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya (Syah, 2002). Keterampilan menekankan kemampuan motorik dalam kawasan psikomotor, yaitu bekerja dengan benda-benda atau aktivitas yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena ia dapat melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi juga karena mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancar dan tepat waktu (Suparno, 2001). Pengetahuan tentang cara-cara menguasai ketrampilan tertentu akan mengubah arah dan intensitas motivasi seseorang. Ketrampilan yang kompleks dapat dipelajari secara bertahap. Analisis tugas yang kompleks menjadi keterampilan-keterampilan bagian (part skills)’, memungkinkan dikuasainya ketrampilan tersebut. Jika penguasaan atas ketrampilan sudah tercapai, maka akan timbul rasa puas, yang pada gilirannya mendorong orang untuk mengulangi kegiatan tersebut atau melanjutkannya ke tahap yang lebih kompleks (Suparno, 2001).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar